Teknik industri adalah cabang dari ilmu
teknik yang
berkenaan dengan pengembangan, perbaikan, implementasi, dan evaluasi sistem
integral dari
manusia,
pengetahuan,
peralatan,
energi,
materi,
dan proses.
Bidang keahlian
DI ITB dan beberapa perguruan tinggi di Indonesia, ilmu Teknik Industri
diklasifikasikan ke dalam tiga bidang keahlian, yaitu Sistem Manufaktur,
Manajemen Industri, dan Sistem Industri dan Tekno Ekonomi.
Sistem Manufaktur adalah sebuah sistem
yang memanfaatkan pendekatan teknik industri untuk peningkatan
kualitas,
produktivitas, dan
efisiensi sistem
integral yang terdiri dari manusia,
mesin,
material,
energi, dan informasi melalui proses perancangan, perencanaan, pengoperasian,
pengendalian, pemeliharaan, dan perbaikan dengan menjaga keselarasan aspek
manusia dan lingkungan kerjanya. Jenis bidang keilmuan yang dipelajari dalam
Sistem Manufaktur ini antara lain adalah
Sistem Produksi,
Perencanaan
dan Pengendalian Produksi,
Pemodelan Sistem,
Perancangan Tata
Letak Pabrik, dan
Ergonomi.
- Sistem
Industri dan Tekno Ekonomi
Bidang keahlian Sistem Industri dan
Tekno-Ekonomi adalah bidang keahlian yang memanfaatkan pendekatan teknik
industri untuk peningkatan daya saing sistem integral yang terdiri atas
tenaga
kerja,
bahan
baku,
energi,
informasi,
teknologi,
dan
infrastruktur
yang berinteraksi dengan komunitas bisnis, masyarakat, dan pemerintah. Bidang
keilmuan yang dipelajari di dalam Sistem Industri dan Tekno Ekonomi antara lain
adalah
Statistika Industri,
Sistem Logistik,
Logika Pemrograman,
Operational Research,
dan
Sistem Basis Data
Sejarah Teknik
Industri
Di dunia
Awal mula Teknik Industri dapat ditelusuri dari beberapa sumber berbeda.
Frederick Winslow Taylor
sering ditetapkan sebagai
Bapak Teknik Industri meskipun seluruh
gagasannya tidak asli. Beberapa risalah terdahulu mungkin telah memengaruhi
perkembangan
Teknik Industri seperti
risalah
The Wealth of Nations karya
Adam
Smith, dipublikasikan tahun
1776;
Essay on Population
karya
Thomas Malthus dipublikasikan
tahun
1798;
Principles
of Political Economy and Taxation karya
David Ricardo,
dipublikasikan tahun
1817;
dan
Principles
of Political Economy karya
John
Stuart Mill, dipublikasikan tahun
1848.
Seluruh hasil karya ini mengilhami penjelasan paham
Liberal Klasik
mengenai kesuksesan dan keterbatas dari
Revolusi
Industri.
Adam Smith adalah ekonom yang
terkenal pada zamannya. "
Economic Science"
adalah frasa untuk menggambarkan bidang ini di Inggris sebelum industrialisasi
America muncul .
Kontribusi penting lainnya dan mengilhami Taylor adalah
Charles W. Babbage.
Babbage adalah profesor ahli matematika di
Cambridge University. Salah
satu kontribusi pentingnya adalah buku yang berjudul
On
the Economy of Machinery and Manufacturers tahun
1832 yang
mendiskusikan banyak topik menyangkut manufaktur. Babbage mendiskusikan gagasan
tentang
Kurva Belajar
(
Learning Curve),
pembagian tugas dan bagaimana proses pembelajaran dipengaruhi, dan efek belajar
terhadap peningkatan pemborosan. Dia juga sangat tertarik pada metode
pengaturan pemborosan. Charles Babbage adalah orang pertama yang menganjurkan
membangun komputer mekanis. Dia menyebutnya "
analytical
calculating machine" , untuk tujuan memecahkan masalah
matematika yang kompleks.
Di Amerika Serikat selama akhir abad 19 telah terjadi perkembangan yang
memengaruhi pembentukan Teknik Industri.
Henry
R. Towne menekankan aspek ekonomi terhadap pekerjaan insinyur yakni
bagaimana seorang insinyur akan meningkatkan laba perusahaan? Towne kemudian
menjadi anggota
American
Society of Mechanical Engineers (
ASME) sebagaimana
yang dilakukan beberapa pendahulunya di bidang Teknik Industri. Towne
menekankan perlunya mengembangkan suatu bidang yang terfokus pada sistem
manufactur. Dalam
Industrial
Engineering Handbook dikatakan bahwa "ASME adalah tempat
berkembang biaknya Teknik Industri". Towne bersama
Fredrick A. Halsey
bekerja mengembangkan dan memaparkan suatu Rencana Kerja untuk mengurangi
pemborosan kepada ASME. Tujuan Recana ini adalah meningkatkan produktivitas
pekerja tanpa berpengaruh negatif terhadap ongkos produksi. Rencana ini juga
menganjurkan bahwa sebagian keuntungan dapat dibagikan kepada pekerja dalam
bentuk insentif.
Henry L. Gantt
(juga anggota
ASME)
menekankan pentingnya seleksi karyawan dan pelatihannya. Dia, seperti juga
Towne dan Halsey, memaparkan paper dengan topik-topik seperti biaya, seleksi
karyawan, pelatihan, skema insentif, dan penjadwalan kerja. Dia adalah pencipta
Diagram Gantt
(
Gantt chart),
yang saat ini merupakan diagram yang sangat populer digunakan dalam penjadwalan
kerja. Sampai sekarang
Gantt chart
digunakan dalam bidang statistik untuk membuat prediksi yang akurat. Jenis
diagram lainnya telah dikembangkan untuk tujuan penjadwalan seperti
Program
Evaluation and Review Technique (
PERT) dan
Critical Path Mapping
(
CPM).
Sejarah Teknik Industri tidak lengkap tanpa menyebut
Frederick Winslow Taylor.
Taylor mungkin adalah pelopor Teknik Industri yang paling terkenal. Dia
mempresentasikan gagasan mengenai pengorganisasian pekerjaan dengan menggunakan
manajemen
kepada seluruh anggota
ASME. Dia
menciptakan istilah
"Scientific
Management" untuk menggambarkan metode yang dia bangun melalui
studi empiris. Kegiatannya, seperti yang lainnya, meliputi topik-topik seperti
pengorganisasian pekerjaan dengan manajemen, seleksi pekerja, pelatihan, dan
kompensasi tambahan bagi seluruh individu yang memenuhi standar yang dibuat
perusahaan.
Scientific Management
memiliki efek yang besar terhadap
Revolusi
Industri, baik di
Amerika maupun di luar negara
Amerika.
Keluarga
Gilbreth
diakui akan pengembangan terhadap
Studi Waktu dan Gerak
(
Time
and Motion Studies).
Frank Bunker Gilbreth dan
istrinya
Dr. Lillian M. Gilbreth
melakukan penelitian mengenai
Pemahaman Kelelahan
(
Fatigue),
Skill Development,
Studi Gerak
(
Motion Studies),
dan
Studi Waktu
(
Time Studies).
Lillian
Gilbreth memeliki gelasr Ph.D. dalam bidang
Psikologi
yang membantunya dalam memahami masalah-masalah manusia. Keluarga Gilbreth
meyakini bahwa terdapat satu cara terbaik ("one best way") untuk
melakukan pekerjaan. Salah satu pemikiran mereka yang siginifikan adalah
pengklasifikasian gerakan dasar manusia ke dalam 17 macam, dimana ada gerakan
yang efektif dan ada yang tidak efektif. Mereka menamakannya
Tabel
Klasifikasi Therbligs (ejaan terbalik dari kata Gilbreth). Gilbreth
menyimpulkan bahwa waktu untuk menyelesaikan gerakan yang efektif (effective
therblig) lebih singkat tetapi sulit untuk dikurangi, demikian sebaliknya
dengan non-effective therbligs. Gilbreth mengklaim bahwa setiap bentuk
pekerjaan dapat dipisah-pisah ke dalam bentuk pekerjaan yang lebih sederhana.
Saat
Amerika Serikat menghadapi
Perang
Dunia II, secara diam-diam pemerintah mendaftarkan para ilmuwan
untuk meneliti perencanaan, metode produksi, dan logistik dalam perang. Para
ilmuwan ini mengembangkan sejumlah teknik untuk pemodelan dan memprediksi
solusi optimal. Lebih lanjut saat informasi ini terbongkar. lahirlah
Operation Research.
Banyak hasil penelitian yang masih sangat teoritis dan pemahaman bagaimana
menggunakannya dalam dunia nyata tidak ada. Hal inilah yang menyebabkan jurang
antara kelompok
Operation Research
(OR) dan profesi insinyur terlalu lebar. hanya sedikit perusahaan yang dengan
sigap membentuk departemen Operation Research dan mengkapitalisasikannya.
Pada
1948
sebuah komunitas baru,
American
Institute for Industrial Engineers (
AIIE),
dibuka untuk pertama kalinya. Pada masa ini Teknik Industri benar-benar tidak
mendapat tempat yang khusus dalam struktur perusahaan. Selama tahun
1960 dan
sesudahnya, beberapa perguruan tinggi mulai mengadopsi teknik-teknik operation
research dan menambahkannya pada kurikulum Teknik Industri. Sekarang untuk
pertama kalinya metode-metode Teknik Industri disandarkan pada fondasi
analisis, termasuk metode empiris terdahulu lainnya. Pengembangan baru terhadap
optimisasi
dalam matematika sebagaimana metode baru dalam analisis statistik membantu
dalam mengisi lubang kosong bidang Teknik Industri dengan pendekatan teoritis.
Kemudian, permasalahan Teknik Industri menjadi begitu besar dan kompleks
pada dan saat komputer digital berkembang. Dengan komputer digital dan
kemampuannya menyimpan data dalam jumlah besar, insinyur Teknik Industri
memiliki alat baru untuk mengkalkulasi permasalahan besar secara cepat.
Sebelumnya komputasi pada suatu sistem memakan mingguan bahkan bulanan, tetapi
dengan komputer dan perkembangan sub-program "sub-routines",
perhitungan dapat dilakukan dalam hitungan menit dan dengan mudah dapat
diulangi terhadap kriteria problem yang baru. Dengan kemampuannya menyimpan
data, hasil perhitungan pada sistem sebelumnya dapat disimpan dan dibandingkan
dengan informasi baru. Data-data ini membuat Teknik Industri menjadi cara yang
kuat dalam mempelajari sistem produksi dan reaskinya bila terjadi perubahan.
Di Indonesia
Sejarah Teknik Industri di Indonesia di awali dari kampus ITB
Institut Teknologi Bandung
pada tanggal
1
Januari 1971.
Sejarah pendirian pendidikan Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari kondisi
praktik sarjana mesin pada tahun lima-puluhan. Pada waktu itu, profesi sarjana
Teknik
mesin merupakan kelanjutan dari profesi pada zaman Belanda, yaitu
terbatas pada pekerjaan pengoperasian dan perawatan mesin atau fasilitas
produksi. Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di Indonesia belum
terdapat pabrik mesin.
Di
Universitas Indonesia
(www.ui.ac.id), keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh
puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni
1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik Industri)
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, situs resminya di
http://www.ie.ui.ac.id/
Kalau pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel tergolong besar yang
mengerjakan pekerjaan perancangan konstruksi baja seperti yang antara lain
terdapat di kota
Pasuruan dan
Klaten,
pekerjaan itu pun masih merupakan bagian dari kegiatan perawatan untuk mesin-mesin
pabrik gula
dan pabrik pengolahan hasil perkebunan yang terdapat di
Jawa
Timur dan
Jawa Tengah. Dengan demikian
kegiatan perancangan yang dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu
itu masih sangat terbatas pada perancangan dan pembuatan suku-suku cadang yang
sederhana berdasarkan contoh-contoh barang yang ada. Peran yang serupa bagi
sarjana Teknik Mesin juga terjadi di
pabrik semen
dan di
bengkel-bengkel perkereta-apian.
Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana Teknik Mesin dengan
tugas pengoperasian mesin dan fasilitas produksi, tantangan utama yang mereka
hadapi ialah bagaimana agar pengoperasian itu dapat diselenggarakan dengan
lancar dan
ekonomis.
Jadi fokus pekerjaan sarjana Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan
pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis, dan
perawatan
(maintenance) untuk menjaga kondisi mesin supaya senantiasa siap pakai.
Pada masa itu, seorang kepala pabrik yang umumnya berlatar-belakang
pendidikan mesin, sangat ketat dan disiplin dalam pengawasan terhadap kondisi
mesin. Di pagi hari sebelum pabrik mulai beroperasi, ia keliling pabrik
memeriksa mesin-mesin untuk menyakini apakah alat-alat produksi dalam keadaan
siap pakai untuk dibebani suatu pekerjaan.
Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan kemampuan perancangan yang
dipunyai oleh seorang sarjana Teknik Mesin tidak banyak termanfaatkan, tetapi
mereka justru memerlukan bekal pengetahuan manajemen untuk lebih mampu dan
lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan bengkel-bengkel besar.
Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar keperluannya,
sehingga sampai pada gagasan perlunya perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa
Teknik Mesin dalam bidang pengelolaan pabrik.
Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena
terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak
pabrik yang semula dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak menjadi
vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman ini menjadi dorongan yang
semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang
keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin.
Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen
Teknik Mesin, diantaranya :
Ilmu Perusahaan,
Statistik,
Teknik Produksi,
Tata Hitung Ongkos
dan
Ekonomi Teknik.
Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata
kuliah yang bersifat pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan
juga
Teknik
Kimia dan
Tambang.
Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai
menghasilkan sebagian sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan manajemen
produksi/teknik produksi. Bidang Teknik Produksi semakin berkembang dengan
bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti :
Teknik Tata Cara,
Pengukuran Dimensional,
Mesin Perkakas,
Pengujian Tak Merusak,
Perkakas Pembantu
dan
Keselamatan Kerja
cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa
Teknik Produksi.
Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang.
Mata kuliah yang berbasis teknik industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem
man-machine-material
tidak lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada
lingkup yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di
Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah :
Manajemen Personalia,
Administrasi
Perusahaan,
Statistik Industri,
Perancangan
Tata Letak Pabrik,
Studi Kelayakan,
Penyelidikan
Operasional,
Pengendalian
Persediaan Kualitas Statistik dan
Programa Linier.
Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi berubah menjadi
Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB.
Pada tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk membangun Departemen Teknik
Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud pada tanggal 1 Januari 1971.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_industri